ADISI ORGANOMETALIK
A. Senyawa Organologam
Senyawa organologam adalah senyawa yang terdiri
dari atom logam yang berikatan dengan sedikitnya satu atom karbon dari gugus
organik. Istilah organologam biasanya didefinisikan agak longgar, dan atom
fosfor, arsen, silikon, ataupun boron yang berikatan dengan karbon termasuk
dalam kategori ini. Tetapi untuk senyawa yang mengandung oksigen, belerang,
nitrogen, ataupun dengan suatu halogen yang berikatan antara atom logam tidak
termasuk sebagai senyawa organologam. Sebagai contoh senyawa yang tidak
termasuk organologam yakni seperti (C3H7O4)Ti, karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui atom
oksigen. Sedangkan senyawa yang dikatakan
organologam yakni
(C6H5)Ti(OC3H7)3 karena adanya ikatan antara C dari gugus fenil secara langsung
dengan atom Ti. Jadi, bentuk ikatan dari senyawa
organologam ini yang dapat dikatakan sebagai jembatan antara kimia anorganik
dan organik (Cotton dan Wilkinson,1989).
Sifat dari organologam pada umumnya yakni adanya atom
karbon yang bersifat lebih elektronegatif dari kebanyakan logam yang
dimilikinya. Beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk dari
senyawa organologam yaitu:
a. Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Pada umumnya senyawaan organo dari logam yang
relatif sangat elektropositif bersifat ionik, tidak larut dalam pelarut
organik, dan terhadap udara dan air sangat reaktif. Senyawa ini akan terbentuk
jika radikal pada logam terikat pada logam dengan keelektropositifan yang
sangat tinggi, contohnya logam pada alkali atau alkali tanah. Kereaktifan dan
kestabilan senyawaan ionik ditentukan dari satu bagian yakni oleh kestabilan
ion karbon. Delokalisasi elektron yang memperkuat kestabilan dari garam logam
ion-ion karbon agar lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Contonya gugus
dari
senyawa organik dalam garam-garam seperti (C5H5)2Ca2+.
b. Senyawaan yang memiliki ikatan –σ (sigma)
Senyawaan dari organo dimana sisa organiknya yang
terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan dapat digolongkan sebagai
ikatan kovalen (masih terdapat karakter-karakter ionik dari senyawaan ini) yang
dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan yang relatif lebih
kecil dari golongan pertama diatas, yang dengan hubungan beberapa faktor berikut
ini:
1.
Kemungkinan penggunaan orbital d
yang lebih tinggi, contohnya pada SiR4 yang tidak tampak dalam CR4.
2.
Kemampuan donor dari aril atau
alkil dengan pasangan elektron menyendiri.
3.
Keasaman dari asam lewis
sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh contohnya pada BR2 atau koordinasi yang tidak jenuh
seperti ZnR2.
4. Pengaruh dari perbedaan keelektronegatifan dari ikatan ligam-karbon
(M-C) atau ikatan karbon-karbon (C-C)
c.
Senyawaan yang terikat nonklasik
Banyak senyawaan organologam terdapat jenis ikatan
logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk pasangan
elektron/kovalen atau ionik. Contohnya, dari golongan alkali yang terdiri dari
Li, Be, dan Al yang memiliki gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, atom ada
yang memiliki sifat kekurangan elektron contohnya pada atom boron pada B(CH3)3. Pada atom B termasuk golongan
IIIA, yang memiliki 3 elektron valensi, sehingga cukup sulit untuk membentuk
oktet pada konfigurasinya dalam senyawaan. Pada atom B ada kecenderungan untuk
memanfaatkan orbital-orbital kosong yakni dengan menggabungkannya pada gugus
suatu senyawa yang memiliki kelebihan pasangan elektron yang menyendiri senyawa
ini dibagi menjadi dua golongan:
1. Senyawa organologam yang terbentuk diantara logam-logam transisi dengan
alkuna, alkena, benzen, dan senyawa organik yang bersifat tak jenuh lainnya.
2.Senyawa
organologam yang terdapat gugus-gugus alkil berjembatan. (Cotton dan
Wilkinson,1989).
B. Senyawa Organotimah
Senyawa organotimah adalah senyawa organologam yang
disusun oleh satu atau lebih ikatan antara atom timah dengan atom karbon
(Sn-C). Senyawa ini umumnya adalah senyawa antropogenik, kecuali metiltimah
yang mungkin dihasilkan melalui biometilasi di lingkungan. Atom Sn dalam
senyawa organotimah umumnya berada dalam tingkat oksidasi +4. Rumus struktur
senyawa organotimah adalah RnSnX4-n (n=1-4), dengan R adalah gugus alkil atau
aril (seperti: metil, butil, fenil, oktil),
sedangkan X adalah spesies anionik (seperti: klorida, oksida, hidroksida,
merkaptoester, karboksilat, dan sulfida). Bertambahnya bilangan koordinasi bagi
timah dimungkinkan terjadi, karena atomnya memiliki orbital d (Sudaryanto,
2001). Tetraorganotimah dan triorganotimah klorida umumnya digunakan sebagai intermediet pada preparasi senyawaan
organotimah lainnya. Tetrafeniltimah larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Senyawaan organotimah cenderung memiliki karakter satu atau
lebih ikatan kovalen antara timah dan karbon. Dari sisi fisika dan kimia,
senyawa organotimah merupakan monomer yang dapat membentuk makromolekul stabil,
padat (metiltimah, feniltimah, dan dimetiltimah) dan cairan (butiltimah) yang
sangat mudah menguap, menyublim, dan tidak berwarna serta stabil terhadap
hidrolisis dan oksidasi. Atom halogen, khususnya klor yang dimiliki oleh
senyawa organotimah mudah lepas dan berikatan dengan senyawa-senyawa yang
mengandung atom dari golongan IA atau golongan IIA sistem periodik atau ion
logam positif lainnya. Meskipun kekuatan ikatannya bervariasi, akan tetapi atas
dasar sifat itulah senyawa-senyawa turunan organotimah dapat disintesis
(Grenwood and Earshaw, 1990).
Dari beberapa metode yang digunakan untuk sintesis
senyawaan organotimah telah banyak dikenal starting
material (material awal) contohnya SnCl4
Senyawa
Organologam dan Reaksinya
Cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang ikatan
antara senyawa organic (mengandung atom Carbon) dan anorganik (logam) yaitu
organologam. Organologam sangat erat kaitannya dengan logam-logam yang terikat
dengan Carbon. Tetapi perlu diketahui bahwa senyawa organologam sangat kompleks
susunannya.
Reaksi yang terjadi pada senyawa organologam bisa
dibilang sangat kompleks Karena melibatkan reaksi-reaksi ligan organik dan
bagaimana ligan tersebut berikatan dengan atom logam. Aplikasi senyawa
organologam yang mungkin paling menonjol adalah sebagai katalis. Sebagai contoh
apabila kita memiliki senyawa organik A dan B, dimana kita berkeinginan untuk
menggabungkan rantai karbon milik A dan B. Agar kedua senyawa tersebut dapat
bergabung maka dibutuhkanlah suatu katalis organologam
dimana dia akan melakukan berbagai macam reaksi sampai senyawa A dan B bisa
bergabung dan katalis itu sendiri akan melepaskan diri.
Senyawa organologam adalah senyawa di mana atom-atom
karbon dari gugus organik terikat kepada atom logam. Contoh, suatu aloksida
seperti (C3H7O)4Ti tidaklah dianggap sebagai
suatu senyawa organologam karena gugus organiknya terikat pada Ti melalui
oksigen, sedangkan C6H5Ti(OC3H7)3 karena
terdapat satu ikatan langsung antara karbon C dari gugus fenil dengan logam
Ti.HH Istilah organologam biasanya didefenisikan agak longgar, dan senyawaan
dari unsur-unsur seperti Boron, fosfor, dan silikon semuanya mirip logam. Tetapi
untuk senyawa yang mengandung ikatan antara atom logam dengan oksigen,
belerang, nitrogen, ataupun dengan suatu halogen tidak termasuk sebagai senyawa
organologam. Dari bentuk ikatan pada senyawa organologam, senyawa ini dapat
dikatakan sebagai jembatan antara kimia organik dan anorganik.
Sifat senyawa organologam yang umum ialah atom karbon
yang lebih elektronegatif daripada kebanyakan logamnya. Senyawa komplek logam
(biasanya logam-logam transisi) merupakan senyawa yang memiliki satu atau lebih
ikatan logam-karbon. Senyawa organologam terdiri dari atom pusat dan ligan.
Terdapat
beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan
organologam:
a.
Senyawaan
ionik dari logam elektropositif
Garam logam
ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi elektron lebih
stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun contoh gugus organik dalam
garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+ dan
(C5H5)2Ca2+.
b.
Senyawaan yang
memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan
organologam dimana
sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang
digolongkan sebagai ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik
dari senyawaan ini) yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan
keelektropositifan yang relatif lebih rendah dari golongan pertama di atas,
Pada
dasarnya Organologam prinsipnya yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik
terikat kepada atom logam. Konsep ini yang mendasari Organologam, sehingga
banyak cara untuk menghasilkan ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna
bagi kedua logam transisi dan non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah
sebagai berikut:
1. Reaksi Logam
langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli kimia Inggris,
Frankland dalam tahun 1845 adalah interaksi antara Zn dan suatu alkil
Halida. Adapun yang lebih berguna adalah penemuan ahli kimia Perancis, Grignard
yang dikenal sebagai pereaksi Grignard. Contohnya interaksi Magnesium dan alkil
atau aril Halida dalam eter:
Mg + CH3I
→ CH3MgI
Interaksi
langsung alkil atau aril Halida juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2. Penggunaan zat
pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam
lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat
dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 +
3C6H5MgCl → P(C6H5)3 +
3MgCl2
VOCl3 +
3(CH3)3SiCH2MgCl → VO(CH2SiMe3)3 +
3MgCl2
3. Interaksi
Hidrida Logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna.
4. Reaksi Oksidatif
adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril Halida
ditambahkan pada senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh menghasilkan
ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3 +
CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5. Reaksi Insersi
yaitu reaksi yang menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai contoh:
SbCl5 +
2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis
Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah
reaksi pembentukan metil magnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara
alkil halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam
dietil eter kering.
CH3I
+ Mg –> CH3MgI
Anda pasti melihat bahwa magnisium terikat langsung
dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard
dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan
C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3-
setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom
karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida
atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang
elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan
adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol
tersier dari keton setelah hidrolisis.
C6H5CHO
+ CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI
Reaksi Pembuatan
Senyawa Organologam
Terdapat banyak cara untuk membentuk ikatan-ikatan logam antara karbon
dengan logam transisi dan nontransisi. Beberapa yang penting adalah sebagai
berikut :
1.
Reaksi logam langsung
Mg + CH3I
→ CH3MgI
2.
Penggunaan zat pengalkilasi
PCl3 + 3C6H5MgCl
→ P(C6H5)3 + 3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)SiCH2MgCl
→ VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
PtCl2(Pet3)2
+ CH3MgCl → PtCl(CH3)(Pet2)2
+ MgCl2
3.
Interaksi hidrida logam atau nonlogam dengan alkena atau alkuna
1/2 B2H6 + 3 C=C → B-(C=C)3
4.
Reaksi oksidasi Adidi
Dimana alkil atau aril halida ditambahkan kepada senyawa
logam transisi terkoordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam karbon.
RhCl(PPh3)3 +
CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2
+ PPh3
5.
Reaksi Inseri
Reaksi-Reaksi Senyawa Organologam
Gambar
1.
Reaksi senyawa organologam dengan senyawa karbonil
Gambar
2.
Reaksi senyawa organologam
1.
Substitusi
Reaksi penggantian
suatu gugus dengan gugus lain
2.
Eliminasi
Reaksi penggantian
ikatan, dari ikatan tunggal menjadi rangkap.
3.
Oksidasi
4.
Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan
senyawa yang berikatan rangkap (tak jenuh) menjadi senyawa yang berikatan
tunggal (jenuh) dengan cara menambahkan atom dari senyawa lain. Reaksi adisi
hanya dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Atau dengan kata
lain reaksi adisi adalah reaksi penambahan suatu atom atau gugus atom
kedalam senyawa.
Reaksi Grignard
Reaksi Grignard
adalah reaksi kimia organologam di mana alkil - atau Aril-magnesium halides
(reagen Grignard) menambah gugus karbonil Aldehida atau keton. Reaksi ini
adalah alat penting untuk pembentukan ikatan antar karbon. Reaksi Halida
organik dengan magnesium bukan reaksi Grignard, tetapi menyediakan peraksi
Grignard. Pereaksi Grignard memiliki rumus umum RMgX dimana X adalah sebuah
halogen, dan R adalah sebuah gugus alkil atau aril (berdasarkan pada sebuah
cincin benzen). Pereaksi Grignard sederhana bisa berupa CH3CH2MgBr.
Mekanisme Reaksi :
Reagen Grignard
berfungsi sebagai nukleofil, menyerang atom karbon elektrofilik yang hadir
dalam ikatan polar gugus karbonil. Penambahan pereaksi Grignard untuk karbonil
biasanya hasil melalui keadaan transisi enam-beranggota cincin.
Namun, dengan pereaksi Grignard terhalang, reaksi dapat melanjutkan
dengan transfer elektrontunggal. Jalur serupa diasumsikan untuk reaksi lain
dari reagen Grignard,
misalnya, dalam pembentukan ikatan antara karbon-fosfor, timah-karbon,
karbon-silikon, boron-karbon dan karbon-heteroatom.
MATERI
II
ALKILASI
Alkilasi Enolat
Salah satu reaksi
yang paling penting dari enolat adalah alkilasi oleh
adanya perlakuan dengan alkil halida. Reaksi ini
sangat berguna untuk tujuan
sintesis karena memungkinkan pembentukan ikatan
karbon-karbon baru, yaitu
menggabungkan dua senyawa yang lebih kecil
menjadi molekul yang lebih
besar. Alkilasi terjadi bila anion enolat yang
nukleofilik bereaksi dengan alkil
halida yang elektrofilik dan memaksa keluar
‘leaving group’ melalui mekanisme
SN2. Reaksi dapat terjadi
pada atom oksigen enolat atau karbon alfa, tetapi
secara
normal terjadi pada atom karbon.
Sintesis Ester Malonat
Sintesis ester
malonat merupakan salah satu reaksi alkilasi karbonil yang
terkenal dan tertua dan merupakan metoda yang
bagus untuk membuat asam
asetat
yang tersubstitusi α dari alkil halida.
MATERI
III
REAKSI MICHAEL
Adisi terhadap olefin
aktif biasa dinyatakan sebagai reaksi Michael. Olefin dapatdiaktifkan dengan
cara berkonjugasi dengan gugus karbonil, karboalkoksi,
nitro,dan nitril; dan
komponen pembentuk karbanion
dapatmerupakan senyawa
bifungsi seperti ester
malonat, atau senyawa
monofungsi seperti nitrometana.Sebagai contoh
Adisi Michael dapat
secara spotanmengikuti kondensasi aldehida alifatikdengan ester malonat.
Hidrolisis dan dekarboksilasi
produk ini akan menghasilkan asam glutarattersubstitusi.
Adisi Michael ke
keton ,-tak-jenuh dapat diikuti dengan kondensasiClaisen intramolekul dalam
molekulnya sendiri. Sebagai contoh, dimedon(meton) dapat dibuat dengan rendamen
di atas 80% dari mesitil oksida dan estermalonat dalam adanya ion etoksida.
MATERI
IV
REAKSI KONDENSASI KARBONIL
Reaksi Kondensasi Karbonil
Reaksi aldol
merupakan kombinasi yang sederhana dari dari tahap adisi imkieofilik dan tahap
substitusi a. Ion enolat yang mula-mula terbentuk dari asetalldehida berlaku
sebagai nukleofil dan menyerang gugus karbonil dari molekul asetaldehida yang
lain.
Ion hidroksi
mengambil proton alfa yang bersifat asam dari satu molekul asetaldehida, menghasilkan
ion enolat.
Nukleofil ion enolat
menyerang gugus karbonil dari molekul asetalhida yang lain, menghasilkan
intermediet tetrahedral.
Intermediet
terprotonasi oleh solven air menghasilkan produk aldol yang netral dan
membebaskan ion hidroksida.
MATERI
V
SINTESIS ASIMETRIK DENGAN ENOLAT(Reaksi Pembentukan Enolat)
Mekanisme
Enolat
Jika
katalis yang digunakan
merupakan basa yang moderat seperti ion hidroksida atau sebuah alkoksida, reaksi aldol akan
terjadi melalui serangan nukleofilik oleh enolat pada gugus karbonil molekul
lain yang terstabilisasi oleh resonansi. Produk reaksi ini adalah garam alkoksida dari produk aldol.
Aldol itu sendiri akan terbentuk dan dapat mengalami dehidrasi, menghasilkan
senyawa karbonil takjenuh. Gambar di bawah ini menunjukkan mekanisme sederhana
untuk reaksi swakondensasi aldehida yang dikatalisasikan oleh basa.
MATERI
VI
REAKSI PEMBENTUKAN CINCIN(Pembentukan Cincin Medium)
Tahap
pertam,, :
Pada tahap ini terjadi reaksi substitusi –OMe.
Tahap
kedua, :
Pada tahap ini, CN direduksi oleh LAH menjadi NH2.
Tahap ketigaa, : Pada
tahap ini, gugus pelindung Bn dihilangkan dengan menggunakan katalis Pd, karbon
untuk menyerap air dan methanol untuk mengasamkan.
Tahap keempat, :
Pada
tahap selanjutnya adalah dengan mengoksidasi senyawa yang telah didapat dan
menggunakan metanol sebagai pelarut.
PERMASALAHAN
Sifat senyawa organologam yang umum
ialah atom karbon yang lebih elektronegatif daripada kebanyakan logamnya.
Senyawa komplek logam (biasanya logam-logam transisi) merupakan senyawa yang
memiliki satu atau lebih ikatan logam-karbon. Senyawa organologam terdiri dari
atom pusat dan ligan (Blaser et al, 2000).
Terdapat
beberapa kecenderungan jenis-jenis ikatan yang terbentuk pada senyawaan
organologam:
a. Senyawaan
ionik dari logam elektropositif
Senyawaan
organo dari logam yang relatif sangat elektropositif umumnya bersifat ionik,
tidak larut dalam pelarut organik, dan sangat reaktif terhadap udara dan air.
Senyawa ini terbentuk bila suatu radikal pada logam terikat pada logam dengan
keelektropositifan yang sangat tinggi, misalnya logam alkali atau alkali tanah.
Kestabilan dan kereaktifan senyawaan ionik ditentukan dalam satu bagian oleh
kestabilan ion karbon. Garam logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat
oleh delokalisasi elektron lebih stabil walaupun masih relatif reaktif. Adapun
contoh gugus organik dalam garam-garaman tersebut seperti (C6H5)3C-Na+
dan (C5H5)2Ca2+.
b. Senyawaan
yang memiliki ikatan -σ (sigma)
Senyawaan
organologam dimana sisa organiknya
terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan yang digolongkan sebagai
ikatan kovalen (walaupun masih ada karakter-karakter ionik dari senyawaan ini)
yang dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan yang relatif lebih
rendah dari golongan pertama di atas, dan sehubungan dengan beberapa faktor
berikut:
1. Kemungkinan
penggunaan orbital d yang lebih tinggi, seperti pada SiR4 yang tidak
tampak dalam CR4.
2. Kemampuan
donor alkil atau aril dengan pasangan elektron menyendiri.
3. Keasaman
Lewis sehubungan dengan kulit valensi yang tidak penuh seperti ada BR2
atau koordinasi tak jenuh seperti ZnR2.
4. Pengaruh
perbedaan keelektronegatifan antara ikatan logam-karbon (M-C) atau
karbon-karbon (C-C).
c. Senyawaan
yang terikat secara nonklasik
Dalam banyak senyawaan organologam terdapat suatu jenis
ikatan logam pada karbon yang tidak dapat dijelaskan dalam bentuk ionik atau
pasangan elektron/kovalensi. Misalnya, salah satu kelas alkil terdiri dari Li,
Be, dan Al yang memiliki gugus-gugus alkil berjembatan. Dalam hal ini, terdapat
atom yang memiliki sifat kekurangan elektron seperti atom Boron pada B(CH3)3.
Atom B termasuk atom golongan IIIA, dimana memiliki 3 elektron valensi,
sehingga cukup sulit untuk membentuk konfigurasi oktet dalam senyawaannya.
2.2 Konsep dasar Organologam dan Reaksi-reaksi Pembentukan
Organologam
Pada dasarnya Organologam prinsipnya
yaitu atom-atom Karbon dari gugus organik terikat kepada atom logam. Konsep ini
yang mendasari Organologam, sehingga banyak cara untuk menghasilkan
ikatan-ikatan logam pada Carbon yang berguna bagi kedua logam transisi dan
non-transisi. Beberapa yang lebih penting adalah sebagai berikut:
1. Reaksi
Logam langsung ; sintesis yang paling awal oleh ahli kimia Inggris,
Frankland dalam tahun 1845 adalah
interaksi antara Zn dan suatu alkil Halida. Adapun yang lebih berguna adalah
penemuan ahli kimia Perancis, Grignard yang dikenal sebagai pereaksi Grignard.
Contohnya interaksi Magnesium dan alkil atau aril Halida dalam eter:
Mg + CH3I → CH3MgI
Interaksi
langsung alkil atau aril Halida juga terjadi dengan Li, Na, K, Ca, Zn dan Cd.
2. Penggunaan
zat pengalkilasi. Senyawa ini dimanfaatkan untuk membuat senyawa organologam
lainnya. Kebanyakan Halida nonlogam dan logam atau turunan Halida dapat
dialkilasi dalam eter atau pelarut hidrokarbon, misalnya :
PCl3 + 3C6H5MgCl → P(C6H5)3 +
3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)3SiCH2MgCl
→ VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
3.
Interaksi Hidrida Logam atau nonlogam
dengan alkena atau alkuna.
4.
Reaksi Oksidatif adisi. Reaksi yang
dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril Halida ditambahkan pada
senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam Karbon.
Adisi oksidatif.
Adisi oksidatif adalah satu di antara beberapa reaksi elementer kunci dalam kompleks logam. Reaksi ini adalah reaksi senyawa seperti logam alkil halida, RX, asam, HX atau dihidrogen, H2 pada logam dalam suatu kompleks yang kemudian terdisosiasi menjadi R dan X, H dan X, H dan H, yang diikat pada logam sebagai dua fragmen anion. Bila ligan lain pada kompleks awal tidak keluar, bilangan koordinasinya meningkat sebanyak 2. Karena ligan alkil, halogen, dan hidrida lebih elektronegatif pada logam pusat, ligan-ligan ini dianggap secara formal sebagai ligan anion setelah koordinasi. Oleh karena itu, bilangan oksidasi ligamnya meningkat setelah reaksi adisi ini. Karena reaksi adisi disertai dengan oksidasi logamnya, reaksi ini disebut dengan reaksi adisi oksidatif.
Misalnya, reaksi adisi alkilhalida pada kompleks iridium(I) tetra-koordinat [IrCl(CO)(PPh3)2],
[IrICl(CO)(PPh3)2] + RI → [IrIII(Cl)(I)(R)(CO)(PPh3)2]
Iridium menjadi heksa-koordinat dan mengalami oksidasi dua elektron dari +1 menjadi +3. Karena molekul RI netral ditambahkan, tidak ada perubahan muatan dalam kompleks, dan bila alkil dan iodin adalah anion, bilangan oksidasi logamnya harus meningkat sebanyak 2 satuan. Perubahan yang sama juga terjadi bila dua ligan hidrida dibentuk sebagai akibat penambahan dihidrogen. Reaksi kebalikannya disebut eliminasi reduktif. Baik aksi oksidasi dan reduksi sangat penting sebagai tahap elementer dalam mekanisme katalisis homogen yang melibatkan hidrokarbon dan dihidrogen.
Adisi oksidatif adalah satu di antara beberapa reaksi elementer kunci dalam kompleks logam. Reaksi ini adalah reaksi senyawa seperti logam alkil halida, RX, asam, HX atau dihidrogen, H2 pada logam dalam suatu kompleks yang kemudian terdisosiasi menjadi R dan X, H dan X, H dan H, yang diikat pada logam sebagai dua fragmen anion. Bila ligan lain pada kompleks awal tidak keluar, bilangan koordinasinya meningkat sebanyak 2. Karena ligan alkil, halogen, dan hidrida lebih elektronegatif pada logam pusat, ligan-ligan ini dianggap secara formal sebagai ligan anion setelah koordinasi. Oleh karena itu, bilangan oksidasi ligamnya meningkat setelah reaksi adisi ini. Karena reaksi adisi disertai dengan oksidasi logamnya, reaksi ini disebut dengan reaksi adisi oksidatif.
Misalnya, reaksi adisi alkilhalida pada kompleks iridium(I) tetra-koordinat [IrCl(CO)(PPh3)2],
[IrICl(CO)(PPh3)2] + RI → [IrIII(Cl)(I)(R)(CO)(PPh3)2]
Iridium menjadi heksa-koordinat dan mengalami oksidasi dua elektron dari +1 menjadi +3. Karena molekul RI netral ditambahkan, tidak ada perubahan muatan dalam kompleks, dan bila alkil dan iodin adalah anion, bilangan oksidasi logamnya harus meningkat sebanyak 2 satuan. Perubahan yang sama juga terjadi bila dua ligan hidrida dibentuk sebagai akibat penambahan dihidrogen. Reaksi kebalikannya disebut eliminasi reduktif. Baik aksi oksidasi dan reduksi sangat penting sebagai tahap elementer dalam mekanisme katalisis homogen yang melibatkan hidrokarbon dan dihidrogen.
Contohnya:
RhCl(PPh3)3 + CH3I
→ RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5.
Reaksi Insersi yaitu reaksi yang
menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai contoh:
SbCl5 + 2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Atom pusat dari suatu senyawa
kompleks yang digunakan antara lain logam-logam transisi deret pertama seperti:
Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn (HIjazi et al, 2008). Ligan dari suatu
senyawa komplek dapat mempengaruhi bentuk geometri dari senyawa organologam itu
sendiri sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai reaksi kimia. Tabel 1
menjelaskan tentang perbedaan jenis ligan yang terikat pada atom pusat, dimana
memberikan bentuk geometri yang berbeda dan perbedaan reaksi yang mampu
dikatalisisnya.
Tabel 2.1 Senyawa komplek organologam dengan perbedaan ligan, geometri, dan
reaksi yang dapat dikatalisisnya (Blaser et al, 2000).
Metal oxidation state
|
Example
|
Geometry
|
Preferred reaction
|
Ni0
|
Ni(CO4)
|
Tetrahedral
|
Ligan dissociation
|
Pd0
|
Pd(PR3)2
|
Linear
|
Oxidative addition
|
NiII Pd II
|
ArPd(PR3)2X
|
Square planar
|
Reductive elimination
|
RhI Ir I
|
Rh(PR3)3X2
|
Square planar
|
Oxidative addition
|
Ru II
|
Ru(PR3)3X2
|
Trigonal pyramid l
|
Ligan dissociation
Oxidative addition
|
Ru II Rh III
|
Rh(Pr3)3XH2
|
Octahedral
|
Reductive elimination
|
Ir III
|
Pada
kompleks logam ada tiga jenis keadaan tereksitasi yaitu:
a. Logam-centered (MC), eksitasi
elektron dari T2g ke orbital Eg,
b. Ligan-centered (LC) yang menyatakan
transisi dari p-p*,
c. Transfer elektron dari logam ke
ligan (MLCT).
Singlet-singlet serapan merupakan transisi elektronik dari orbital logam T2g
ke orbital ligan kosong atau berpusat pada ligan yaitu dari orbital p untuk
orbital p* kosong. Sebaliknya, singlet-triplet serapan yang transisinya dengan
spin berubah dan dilarang, karena terkait dengan koefisien kepunahan kecil
(Baranoff et al.,2009).
Terdapat dua macam ikatan
organologam, yaitu :
- Ikatan ionik. Ikatan ionik organologam terbentuk dari unsur yang sangat elektropositif
yaitu
unsur pada golongan I, II, dan III. Organologam dengan yang berikatan secara
ionik bersifat tak larut dalam pelarut hidrokarbon dan mudah teroksidasi.
- Ikatan kovalen. Ikatan kovalen organologam yang mudah menguap terbentuk dari logam Zn, Cd, Hg, dan logam non-transisi gologan III (kecuali aluminium), IV, dan V. Ikatan kovalen ini terbentuk dengan cara memberikan satu elektron tunggalnya, baik dari logam maupun unsur organiknya, untuk dipakai secara bersama. Sifat dari senyawa organologam dengan ikatan kovalen ini mudah menguap, larut dalam pelarut organik, dan tidak larut dalam air.
2.3 Jenis-Jenis Senyawa Organologam
a. Logam non-transisi
1. Alkil dan Aril Litium
(Organolitium)
Senyawa Organolitium adalah senyawa
Logam Alkali yang mempunyai sifat kelarutan dalam Hidrokarbon atau cairan
nonpolar dan penguapan yang tinggi serta mempunyai sifat khas zat Kovalen. Penggabungan
Molekular adalah suatu keistimewaan yang penting dari alkil baik dalam kristal
maupun larutan. Jadi dalam Metil lithium atom-atom Li terletak pada sudut-sudut
sebuah tetrahedron dengan gugus alkil berpusat pada bidang dihadapannya. Gugus
CH3 secara simetris terikat pada tiga atom Li, dan ikatan jembatan
alkil ini adalah dari jenis tuna elektron berpusat banyak.
Dalam larutan, sifat spesies
terpolimerisasi bergantung pada pelarut, sifat sterik dari radikal organik dan
suhu. Dalam Hidrokarbon MeLi, EtLi, n-PrLI,
dan beberapa lainnya adalah heksamer, namun tert-butilitihium,
yang tersolfasi. Tidak terdapat agregat yang lebih kecil dari pada tetramet.
Meskipun demikian, bilamana digunakan pengkelatan amin ditersier, seperti
tetrametiletilendiamen (TMED), Me2NCH2CH2NMe2
diperoleh kompleks alkillithium monomer yang stabil. Alkil dan aril juga
membentuk kompleks dengan alkil logam lain seperti kompleks dengan Mg dan Zn.
Sebagai contoh:
2LiC6H5 + Mg(C6H5)2→
Li2[Mg(C6H5)4]
Terdapat
keragaman yang luas dalam kreaktifan perbandingan alkil, Li yang bergantung
kepada perbedaan dalam agresasi dan interaksi pasangan ion. Suatu contoh adalah
Bensinlitium, yang berupa monomer dalam tetrahidrofuran dan bereaksi dengan
suatu supstrat tertentu lebih dari 104 kali lebih cepat dari pada metillithium
tetramet. Kompleks TMED monomer yang disebutkan diatas juga lebih jauh dari
reaktif dari pada agregat alkil yang bersangkutan. Alkillithium dapat
mempolilithiasi asitilen,asetonitril, dan senyawa-senyawa lain, jadi CH3C≡≡
CH memberikan Li4C3, yang dapat dianggap sebagai turunan
C34-.
Reaksi
alkil lithium umumnya dianggap bersifat sebagai ion karbon. Alkil alkena,
khususnya Isoprena, yang memberikan sampai 90% 1,4-cis-polilisoprena, sebagai reaksi lainnya dengan alkena telah
dipelajari kompleks TMED sekali lagi luar biasa aktif, tidak hanya
berpolomerisasi etilena namun bahkan akan memelitisasi benzena dan senyawa
aromatik, juga bereaksi dengan hidrogen pada 1 atm menghasilkan LiH dan alkana.
2.
Senyawa Organo-Natrium dan Kalium
Semua
senyawa ini benar-benar ionik dan tidak larut sampai batas apa pun dalam
hidrokarbon karena sangat reaktif, peka terhadap udara, dan terhidrolisis kuat
dalam air.
Yang
terpenting adalah senyawa natrium dari hidrokarbon asam seperti siklopentadiena,
idena, asitilena, dan sejenisnya. Ini diperoleh dari interaksi dengan logam
natrium atau natrium yang dihamburkan dalam tetrahidrofuran atau
dimetilformamida.
2CH5H6 + 2Na →
2C5H5-Na+ + H2
RC≡CH + Na → RC≡C-Na+
+ ½ H2
3.
Magnesium
Senyawa
organik dari Ca,Sr, dan Ba sangat ionik dan relatif tidak berguna, namun
senyawa magnesium mungkin adalah yang dipakai paling lias sebagai senyawa
organik yang digunakan sangat luas dalam kimia organik dan dalam sintesis
senyawa alkil dan aril dari unsur-unsur lain. Senyawa ini adalah jenis RMgX
(pereaksi Grignard) dan MgR2. Yang pertama dibuat dengan interaksi langsung logam dengan suatu
halida organik RX dalam suatu pelarut yang cocok, biasanya suatu eter seperti
dietil eter atau tetrahidrofuran. Reaksinya biasanya paling cepat dalam iodida,
RI, dan iod dapat digunakan sebagai suatu pengionisasi. Pereaksi RMgX digunakan
in situ. Spesies MgR2
paling baik dibuat dengan reaksi kering.
HgR2 + Mg (berlebihan) →Hg + MgR2
Dialkil
atau diaril kemudian diekstraksi dengan sutu pelarut organik. RMgX sebagai zat
terlarut, maupun R2Mg adalah reaktif, dan menjadi peka terhadap
oksidasi dengan udara dan terhadap hidrolisis dengan air.
Sifat
pereaksi Grignard dalam larutan adalah rumit dan bergantung pada sifat
gugus-gugus alkil dan halida pada pelarut, konsentrasi dan suhu. Solvasi
terjadi, dan penggabungan lebih utama terjadi dengan halida dari pada karbon
berjembatan, kecuali bagi senyawa metil dimana jembatan oleh gugus CH3
terjadi.
Dalam
larutan encer dan dalam pelarut donor yang lebih kuat, spesies monomer biasanya
menonjol, namun dalam dietil eter pada konsentrasi yang lebih besar dari pada
0,1M penggabungan mmenghasilkan
polimer linier atau siklis. Bagi pereaksi Grignard kristal, kedua struktur
RMgX.nS dimana n adalah jumlah molekul pelarut, S, begantung pada sifat R, dan R(S)Mg(µ-X)2Mg(S)R
telah ditemukan. Atom Mg biasaya terkoordinasi tetrahedral.
Senyawa
seng dan kadmium mirip dengan senyawa magnesium namun berbeda dalam
kereaktifannya. Alkil seng yang lebih rendah adalah cairan yang mudah menyalah
dalam udara dan bereaksi kuat dalam air.
b. Logam Transisi
Bagi logam transisi, alkil atau aril
yang terikat σ-hanya stabil dalam lingkungan yang khusus. Spesies yang tidak
stabil atau labil dengan ikatan σ pada karbon sangat penting, khususnya dalam
reaksi latalitik akena dan alkana yang diinduksi oleh logam transisi atau
kompleks logam.
Sifat yang khas orbital d
memungkinkan pengikatan pada atom logam dari hidrokarbon tidak jenuh dan
molekul lain. Ikatannya adalah non-klasik dan kompleks logam dari alkena,
alkuna dan sejenisnya tidak mempunyai kaitan di mana pun dalam kimia.
1.
Ikatan σ Logam
Transisi pada Karbon
Senyawa
[(CH3)3Pt]4 yang mempunyai suatu struktur
didasarkan atas kubus dengan atom-atom Pt dan I pada sudut yang
berselang-seling dan setiap Pt terikat pada tiga gugus CH3, dibuat
dalam tahun 1909 oleh Pope dan Peachy usaha untuk membuat senyawa seperti (C2H5)3Fe
dengan reaksi pereaksi Grignard dengan halida logam telah gagal. Meskipun bukti
menunjukkan bahwa alkil berada dalam larutan pada suhu rendah, terjadi
dekomposisi yang rumit dan reaksi kopling pada suhu seperti sekelilingnya.
Senyawa alkil dapat diisolasi salah
satu contoh adalah CH3Mn(CO)5. Sekarang tampak bahwa
alasan utama bagi kestabilan senyawa ini adalah letak koordinasi yang
dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi dekomposisi dihalangi. Alasan utama bagi
ketidakstabilan kebanyakan alkil atau aril biner adalah bahwa mereka
terkoordinasi tidak jenuh, dan senyawa mudah melalui tahapan-tahapan agar dapat
terjadi reaksi dekomposisi yang mungkin secara termodinamika. Tahapan reaksi
dekomposisi meliputi homolisis ikatan M – C yang melepaskan radikal bebas,
demikian juga pemindahan atom hidrogen dari karbon ke logam. Suatu reaksi umum yang khusus adalah
pemindahan dari karbon β- rantai alkil yang dihasilkan dalam eliminasi olefin
dan pembentukan suatu ikatan M – H. Kebalikan reaksi ini yaitu, pembentukan
alkil dengan penambahan olifin pada ikatan M – H sangat penting dalam reaksi
katalitik. Sekali hidrogen dipindahkan ke logam, reaksi berikutnya dapat
terjadi menghasilkan logam dan hidrogen, atau hidrogen dapat dipindahkan ke
alkena membentuk alkana. Jadi telah diperlihatkan bahwa alkil tembaga, (Bu3P)CuCH2C(Me)2Ph,
terdekomposisi secara besar-besaran oleh suatu tahapan radikal bebas, namun
bahwa alkil yang sama (Bu3P)CuCh2CH2CH2CH3,
terdekomposisi dengan suatu tahapan nonradikal yang melibatkan pembentukan
ikatan Cu – H. Perbedaannya adalah bahwa yang belakangan, namun bukan yang
sebelumnya, mempunyai sebuah atom hidrogen pada atom karbon –β kedua.
Ada sejumlah alkil stabil yang secara termal memang pantas tidak
dapat melakukan pemindahan hidrida –β, yakni reakksi eliminasi alkena. Ini mempunyai
gugus-gugus seperti –CH2C6H5, -CH2SiMe3,
-CH2CMe3, -CH2PMe3, dan 1-norbonil.
2.
Senyawa
Organotimah
Senyawa organotimah adalah senyawa organometalik yang disusun
oleh satu atau lebih ikatan antara atom timah dengan atom karbon (Sn-C).
Senyawa ini umumnya adalah senyawa antropogenik, kecuali metiltin yang mungkin
dihasilkan melalui biometilasi di lingkungan. Atom Sn dalam senyawa organotimah
umumnya berada dalam tingkat oksidasi +4. Rumus struktur senyawa organotimah
adalah RnSnX4-n (n=1-4), dengan R adalah gugus alkil atau aril (seperti: metil,
butil, fenil, oktil), sedangkan X adalah spesies anionik (seperti: klorida,
oksida, hidroksida, merkaptoester, karboksilat, dan sulfida). Bertambahnya
bilangan koordinasi bagi timah dimungkinkan terjadi, karena atomnya memiliki
orbital d (Sudaryanto, 2001). Tetraorganotimah dan triorganotimah klorida
umumnya digunakan sebagai intermediet pada preparasi senyawaan organotimah
lainnya. Tetrafeniltimah larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Senyawaan organotimah cenderung memiliki karakter satu atau lebih ikatan
kovalen antara timah dan karbon.
3. Logam Pt (Garam Zeise)
Permasalahan :
1. Sifat pereaksi Grignard dalam larutan adalah rumit dan bergantung pada sifat gugus-gugus alkil dan halida pada pelarut, konsentrasi dan suhu. Solvasi terjadi, dan penggabungan lebih utama terjadi dengan halida dari pada karbon berjembatan, kecuali bagi senyawa metil dimana jembatan oleh gugus CH3 terjadi. mengapa sifat pereaksi grignard itu bergantung pada gugus alkil aklikl dan halida pelarut, apa yang membedakan dari kedua senyawa itu?
1. Sifat pereaksi Grignard dalam larutan adalah rumit dan bergantung pada sifat gugus-gugus alkil dan halida pada pelarut, konsentrasi dan suhu. Solvasi terjadi, dan penggabungan lebih utama terjadi dengan halida dari pada karbon berjembatan, kecuali bagi senyawa metil dimana jembatan oleh gugus CH3 terjadi. mengapa sifat pereaksi grignard itu bergantung pada gugus alkil aklikl dan halida pelarut, apa yang membedakan dari kedua senyawa itu?
2.
Anda pasti melihat bahwa magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam.bisa kah dijelaskan mengapa Ikatan C-logam sangat labil ?
Anda pasti melihat bahwa magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam.bisa kah dijelaskan mengapa Ikatan C-logam sangat labil ?
dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3-
setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom
karbon bermuatan positif meski Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida
atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang
elektronegatif.?
3. ada rekasi .sepertireaksi senyawa seperti logam
alkil halida, RX, asam, HX atau dihidrogen,
bagaimanakah dan mengapa H2 pada logam dalam suatu
kompleks yang kemudian terdisosiasi menjadi R dan X, H dan X, H dan H,
yang diikat pada logam sebagai dua fragmen anion. Bila ligan lain pada
kompleks awal tidak keluar, bilangan koordinasinya meningkat sebanyak 2?
Saya akan mencoba menjawab permasalahan no 1
ReplyDeleteReaksi Oksidatif adisi. Reaksi yang dikenal sebagai reaksi Oksa dimana Alkil atau Aril Halida ditambahkan pada senyawa logam transisi Koordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam Karbon. Contohnya:
RhCl(PPh3)3 + CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5. Reaksi Insersi yaitu reaksi yang menghasilkan ikatan-ikatan dengan Karbon, sebagai contoh:
SbCl5 + 2HC CH→Cl3Sb(CH=CHCl)2
Reaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembentukan metil magnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara alkil halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter kering.
CH3I + Mg –> CH3MgI
Anda pasti melihat bahwa magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
C6H5CHO + CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI
Reaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa organologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard.
Magnesium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan kabanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbom bermuatan positif.
ReplyDeleteReaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa oragnologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard. Gaya dorong reaksi Grignard adalah tarik-menarik antara dua muatan listrik yang berbeda antara dua atom karbon.
Saya akan menjawab pertanyaan no 2
ReplyDeleteSenyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
ReplyDeleteC6H5CHO + CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI
Magnesium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan kabanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbom bermuatan positif.
ReplyDeleteReaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa oragnologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard. Gaya dorong reaksi Grignard adalah tarik-menarik antara dua muatan listrik yang berbeda antara dua atom karbon
No 1 magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
ReplyDeleteC6H5CHO + CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI
Reaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa organologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard
Magnesium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan kabanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbom bermuatan positif.
ReplyDeleteReaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa oragnologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard. Gaya dorong reaksi Grignard adalah tarik-menarik antara dua muatan listrik yang berbeda antara dua atom karbon.
Saya akan menjawab no 1.
ReplyDeleteReaksi Grignard ditemukan oleh kimiawan Perancis Auguste Victor Grignard (1871-1935) di tahun 1901. Tahap awal reaksi adalah reaksi pembentukan metil magnesium iodida, reagen Grignard, dari reaksi antara alkil halida (metil iodida dalam contoh di bawah ini) dan magnesium dalam dietil eter kering.
CH3I + Mg –> CH3MgI
magnisium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan karbanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
Ion karbanion cenderung menyerang atom karbon bermuatan positif. Telah dikenal luas bahwa atom karbon gugus aldehida atau gugus keton bermuatan positif karena berikatan dengan atom oksigen yang elektronegatif. Atom karbon ini akan diserang oleh karbanion menghasilkan adduct yang akan menghasilkan alkohol sekunder dari aldehida atau alkohol tersier dari keton setelah hidrolisis.
ReplyDeleteC6H5CHO + CH3MgI –> C6H5CH(CH3)OMgI
Magnesium terikat langsung dengan karbon. Senyawa semacam ini yang sering disebut sebagai reagen Grignard dengan ikatan C-logam dimasukkan dalam golongan senyawa organologam. Ikatan C-logam sangat labil dan mudah menghasilkan kabanion seperti CH3- setelah putusnya ikatan logam-karbon. Ion karbanion cenderung menyerang atom karbom bermuatan positif.
ReplyDeleteReaksi Grignard adalah contoh reaksi senyawa oragnologam. Karena berbagai jenis aldehida dan keton mudah didapat, berbagai senyawa organik dapat disintesis dengan bantuan reaksi Grignard. Gaya dorong reaksi Grignard adalah tarik-menarik antara dua muatan listrik yang berbeda antara dua atom karbon.